MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR
Setelah mempelajari isi dari materi ini ,
anda diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasikan masalah pada
pembelajaran
2. Menentukan masalah ekstern atau masalah
intern pada pembelajaran
3. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan masalah-masalah
pembelajaran
4. Menemukan alternative pemecahan
masalah-masalah pembelajaran
Guru professional berusaha
mendorong siswa agar belajar secara berhasil.Ia menemukan bahwa ada
bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar.Ada siswa yang tidak belajar
karena dimarahi oleh orang tua.Ada siswa yang enggan belajar karena pindah
tempat tinggal.Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajar
topic tertentu.Ada pula siswa yang giat belajarkarena ia bercita-cita menjadi
seorang ahli.Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa
pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting
bagi guru dan calon guru.
Pada pembahasan ini berturut-turut
akan dipelajari masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar yang akan
dipelajari meliputi masalah-masalah intern belajar, masalah-masalah ekstern
belajar, dan bagaimana upaya menemukan masalah-masalah belajar
tersebut.Pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan perangkat
kompetensi guru dan calon guru.
A. Masalah-masalah Intern Belajar
Proses
belajar mengajar merupakan hal yang kompleks.Siswalah yang menentukan terjadi
atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi
masalah-masalah secara intern.Jika siswa tidak mengatasi masalahnya, maka ia
tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati siswa yang
berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut :
1.
Sikap
terhadap belajar
Sikap
merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu , yang membawa diri
sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, menyebabkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.Akibat penerimaan,
penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada
perkembangan kepribadian.
2.
Motivasi
belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorongterjadinya proses
belajar.Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah.Lemahnya motivasi, atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.Selanjutnya mutu
belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu , motivasi belajar pada diri siswa
perlu diperkuat terus menerus.Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,
pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
3.
Konsentrasi
belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.Untuk
memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam
strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar secara selingan
istirahat.
4.
Mengolah
bahan belajar
Mengolah
bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan
ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.Kemampuan menerima isi dan cara
pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata
pelajaran.Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila
siswa berpeluang aktif belajar.
5.
Menyimpan
perolehan hasil belajar
Menyimpan
perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara
perolehan pesan.Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu
pendek dan waktu yang lama.Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil
belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil
belajar tetap dimiliki siswa.
6.
Menggali
hasil belajar yang tersimpan
Menggali
hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah
diterima.Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara
mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.Dalam hal pesan lama,
maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk
suatu unjuk hasil belajar.
Ada
kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya
sendiri.Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan,
pengolahan, dan penyimpanan.
7.
Kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar
Kemampuan
berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.
Siswa menunjukkan vahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau
mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh
proses-proses penerimaan, pengaktifan, pengolahan, penyimpanan, serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses
tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal
berprestasi.
8.
Rasa
percaya diri siswa
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar, diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan
tahap pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh guru dan rekan sejawat
siswa.makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin sering memperoleh
pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.Sebaliknya
kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri sangat
kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.
9.
Intelegensi
dan keberhasilan siswa
Menurut
Wechler ( Dimyati dan Mudjiono ) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau
rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik,
dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.Kecakapan tersebut menjadi actual
bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.
10. Kebiasaan belajar
Dalam
kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (a) belajar pada akhir semester,
(b) belajar tidak teratur, (c) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (d)
bersekolah hanya untuk bergengsi, (e) datang teerlambat bergaya pemimpin, (f)
bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (g) bergaya minta
belas kasihan tanpa belajar.
11. Cita-cita siswa
Dalam
rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita
dalam hidup.Cita-cita merupakan motivasi intrinsik yang perlu dididikkan pada
anak sejak anak mulai di sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi
dan emansipasi diri siswa.Adanya cita-cita yang direncanakan oleh siswa maka
akan membangkitkan motivasi belajarnya.
( Dimyati dan Mudjiono
: 2013 : 239-247)
B. Faktor-faktor Ekstern Belajar
Proses
belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa.Disamping itu proses belajar
juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan
siswa.Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program
pembelajarn disusun dengan baik.
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa
factor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar.Faktor-faktor ekstern
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Guru
sebagai pembina siswa belajar
2. Prasarana
dan sarana pembelajaran
3. Kebijakan
penilaian
4. Lingkungan
social siswa di sekolah
5. Kurikulum
sekolah
C. Cara Menentukan Masalah-masalah Belajar
Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program
pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif
belajar.Dengan demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, berkewajiban
mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
1.
Pengamatan
perilaku belajar
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan, dengan
mengajar. Guru selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku
siswa.Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman belajarnya.jadi
ada perbedaan peran guru, yaitu peran membelajarkan dan peran mengamat untuk
menemukan masalah-masalah belajar. Bila masalah siswa ditemukan, maka sebagai
pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut :
a) Menyusun
rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri,
atau yang lain
b) Memilih
siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa
c) Menentukan
berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga atau empat bulan.
d) Menentukan
hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara menggunakan
media belajar, prosedur, dan cara proses belajar sesuatu
e) Mencatat
hal-hal yang diamati
f) Menafsirkan
hasil pengamatan
( Semiawan, et.al 1987 ; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati
dan Mudjiono : 2013 ).
2.
Analisis
hasil belajar
Setiap
kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap siswa
di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.bahan mentah hasil
belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang
berwujud karya atau benda.Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang
berharga bagi guru dan siswa.Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna
untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil
belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.Oleh
karena itu, pada tempatnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar siswa
di kelasnya.
Dalam
melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah : (i)
merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain intruksional,
(ii) merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil
belajar, (iii) merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi; kemudian
menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut, (iv)
mengumpulkan hasil belajar siswa, baik yang berupa jawaban ujian tulis, ujian
lisan, dan karya tulis maupun benda, (v) melakukan analisis secara statistik
tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa
diangkakan, (vi) mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa,
(vii) mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas, yang
dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku, (viii) memperhatikan
kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam
belajar, (ix) guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada
siswa menjelang akhir semester. ( Semiawan, et.al 1987 ; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati
dan Mudjiono : 2013 ).
3.
Tes
hasil belajar
Tes
hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa.Meskipun demikian
keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan tertentu.Artinya;
jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik tertentu.Sebagai illustrasi, uji kemampuan afektif seperti
penilaian sikap pada PPKn tidak dapat diuji dengan menggunakan tes obyektif
atau dengan memilih isian benar atau salah. Pada tempatnya guru mempertimbangkan
dengan seksama kebaikan dan kelemahan jenis tes hasil belajar yang digunakan.
Tes
hasil belajar dapat digunakan untuk (i) menilai kemajuan belajar, dan (ii)
mencari masalah-masalah dalam belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar