Minggu, 26 April 2015

MASALAH-MASALAH BELAJAR

MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR

Setelah mempelajari isi dari materi ini , anda diharapkan mampu :
1.    Mengidentifikasikan masalah pada pembelajaran
2.    Menentukan masalah ekstern atau masalah intern pada pembelajaran
3.    Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan masalah-masalah pembelajaran
4.    Menemukan alternative pemecahan masalah-masalah pembelajaran


Guru professional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil.Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar.Ada siswa yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua.Ada siswa yang enggan belajar karena pindah tempat tinggal.Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajar topic tertentu.Ada pula siswa yang giat belajarkarena ia bercita-cita menjadi seorang ahli.Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru.
Pada pembahasan ini berturut-turut akan dipelajari masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar yang akan dipelajari meliputi masalah-masalah intern belajar, masalah-masalah ekstern belajar, dan bagaimana upaya menemukan masalah-masalah belajar tersebut.Pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan perangkat kompetensi guru dan calon guru.
A.   Masalah-masalah Intern Belajar
Proses belajar mengajar merupakan hal yang kompleks.Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern.Jika siswa tidak mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut :

1.         Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu , yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, menyebabkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.

2.         Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorongterjadinya proses belajar.Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah.Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu , motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.


3.         Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar secara selingan istirahat.

4.         Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran.Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar.

5.         Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama.Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

6.         Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima.Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri.Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan.

7.         Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Siswa menunjukkan vahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

8.         Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar, diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin sering memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.Sebaliknya kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.

9.         Intelegensi dan keberhasilan siswa
Menurut Wechler ( Dimyati dan Mudjiono ) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10.     Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (a) belajar pada akhir semester, (b) belajar tidak teratur, (c) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (d) bersekolah hanya untuk bergengsi, (e) datang teerlambat bergaya pemimpin, (f) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (g) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar.

11.     Cita-cita siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup.Cita-cita merupakan motivasi intrinsik yang perlu dididikkan pada anak sejak anak mulai di sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa.Adanya cita-cita yang direncanakan oleh siswa maka akan membangkitkan motivasi belajarnya.
( Dimyati dan Mudjiono : 2013 : 239-247)

B.    Faktor-faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa.Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan siswa.Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajarn disusun dengan baik.
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa factor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar.Faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Guru sebagai pembina siswa belajar
2.       Prasarana dan sarana pembelajaran
3.       Kebijakan penilaian
4.       Lingkungan social siswa di sekolah
5.       Kurikulum sekolah

C.    Cara Menentukan Masalah-masalah Belajar
Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar.Dengan demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.

1.    Pengamatan perilaku belajar
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan, dengan mengajar. Guru selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa.Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman belajarnya.jadi ada perbedaan peran guru, yaitu peran membelajarkan dan peran mengamat untuk menemukan masalah-masalah belajar. Bila masalah siswa ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut :
a)    Menyusun rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain
b)   Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa
c)    Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga atau empat bulan.
d)   Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses belajar sesuatu
e)   Mencatat hal-hal yang diamati
f)     Menafsirkan hasil pengamatan
( Semiawan, et.al  1987 ; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono : 2013 ).

2.    Analisis hasil belajar
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang berwujud karya atau benda.Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.Oleh karena itu, pada tempatnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar siswa di kelasnya.
Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah : (i) merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain intruksional, (ii) merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar, (iii) merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi; kemudian menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut, (iv) mengumpulkan hasil belajar siswa, baik yang berupa jawaban ujian tulis, ujian lisan, dan karya tulis maupun benda, (v) melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan, (vi) mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa, (vii) mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku, (viii) memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar, (ix) guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester. ( Semiawan, et.al  1987 ; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono : 2013 ).


3.    Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa.Meskipun demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan tertentu.Artinya; jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik tertentu.Sebagai illustrasi, uji kemampuan afektif seperti penilaian sikap pada PPKn tidak dapat diuji dengan menggunakan tes obyektif atau dengan memilih isian benar atau salah. Pada tempatnya guru mempertimbangkan dengan seksama kebaikan dan kelemahan jenis tes hasil belajar yang digunakan.

Tes hasil belajar dapat digunakan untuk (i) menilai kemajuan belajar, dan (ii) mencari masalah-masalah dalam belajar. 

KONSEP DASAR EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

KONSEP DASAR EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi ini, melalui kajian bahan bacaan, tanya jawab dan diskusi dengan dosen serta teman-teman sekelas, anda diharapkan mampu :
1.    Mengenal pengertian, kedudukan, dan tujuan evaluasi dalam proses pendidikan
2.    Mengkomunikasikan fungsi, tujuan, sasaran, dan prosedur evaluasi hasil belajar
3.    Mengkomunikasikan fungsi, tujuan, sasaran, dan prosedur evaluasi pembelajaran


Siswa dan guru merupakan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran,tentu mereka berkeinginan mengetahui proses dan hasil kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Untuk menyediakan informasi tentang baik atau buruknya proses dan hasil kegiatan pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru mencakup evaluasi hasil belajar dan evaluasi pembelajaran sekaligus.
Guru harus dapat membedakan mana kegiatan evaluasi hasil belajar dan mana pula kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses sistimatis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran, sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran.

A.        Pengertian, Kedudukan, dan Syarat-syarat Umum Evaluasi
1.         Pengertian Evaluasi
Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai proses sistimatis untuk menentukan nilai sesuatu     ( tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek , dan yang lain ) berdasarkan criteria tertentumelalui penilaian ( Dimyati dan Mudjiono : 191:2013).Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian baru membandingkannya dengan kriteria.Dengan demikian evaluasi tidak selalu melalui proses mengukur       ( pengukuran ) baru melalukan proses menilai ( penilaian ) tetapi dapat pula evaluasi langsung melalui penilaian saja.
Walaupun tidak semua proses evaluasi melalui pengukuran, seorang calon guru/guru harus tahu tentang pengukuran.Selain itu perlu dipahami pula perihal penilaian.Pengukuran lebih menekankan pada proses penentuan kuantitas sesuatu melalui membandingkan dengan satuan ukuran tertentu. Sedangkan penilaian menekankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu ukuran baik-buruk yang bersifat kualitatif ( Arikunto, 1990:3 ; Dimyati dan Mudjiono, 2013:191).Dari batasan pengukuran dan penilaian dapat ditandai adanya perbedaan yang nyata antara keduanya. Pengukuran dilakukan apabila kegiatan penilaian membutuhkannya, bila kegiatan penilaian tidak membutuhkan maka kegiatan pengukuran tidak perlu dilakukan. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif akan diolah dan dibandingkan dengan criteria, hingga didapatkan hasil penilaian yang bersifat kualitatif.
Evaluasi belajar dan pembelajaran secara umum adalah proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksnakan, dengan melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran belajardan pembelajaran. Sedangkan pengertian pengukuran dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif.Pengertian penilaian belajar dan pembelajaran adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif.

2.    Kedudukan Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa.Lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya transformasi. Keberhasilan transformasi untuk menghasilkan keluaran(output siswa ) seperti yang diharapkan dipengaruhi dan/atau ditentukan oleh bekerjanya komponen/unsur yang ada dalam lembaga pendidikan.Komponen/unsur transformasi dalam proses pendidikan meliputi : (1)pendidik dan personal lainnya, (2)isi pendidikan, (3)teknik, (4)sistem evaluasi, (5) sarana pendidikan dan (6)system administrasi. Untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas transformasi dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan evaluasi terhadap bekerjanya unsur-unsur transformasi.
Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.Untuk mengetahui dan menetapkan apakah siswa telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan lembaga pendidikan atau belum, diperlukan kegiatan evaluasi.
Dengan demikian jelaslah bahwa kedudukan evaluasi dalam proses pendidikan bersifat integrative, artinya setiap ada proses pendidikan pasti ada evaluasi.Seperti diketahui bahwa mengadakan kegiatan evaluasi mulai sejak siswa akan memasuki proses pendidikan, selama proses pendidikan, dan berakhir pada satu tahap proses pendidikan.

3.         Syarat-Syarat Umum Evaluasi
Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam melaksanakan kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan adalah :
a.    Kesahihan ; Kesahihan menggantikan kata validitas ( validity ) yang dapat diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi.
b.    Keterandalan ; Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan, yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu memberikan hasil yang tepat
c.     Kepraktisan ; Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument evaluasi baik dalam mempesiapkan, menggunakan, menginterpretasi/memperoleh hasil, maupun kemudahan dalam menyimpannya.



B.        Evaluasi Hasil Belajar
1.         Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar
Hasil dari kegiatan hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan sebagai berikut : (a) Untuk diagnostik dan pengembangan, (b) untuk seleksi , (c) untuk kenaikan kelas, (d) untuk penempatan.
2.         Sasaran Evaluasi hasil Belajar
Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang ternadung dalam tujuan.Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
3.         Prosedur Evaluasi Hasil Belajar
Tahapan prosedur evaluasi hasil belajar yang perlu dilalui seorang penilai meliputi : (a) persiapan, (b) penyusunan alat ukur, (c) pelaksanaan pengukuran, dan (d) pengolahan hasil pengukuran, (e) penafsiran hasil pengukuran, dan (f) pelaporan dan penggunaan hasil evaluasi.

C.         Evaluasi Pembelajaran
1.           Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Sejumlah informasi atau data yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran yang kemudian difungsikan dan ditujukan untuk pengembangan pembelajaran dan akreditasi.
Memperbaiki sebagian tertentu atau sebagaian besar aspek pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan pengembangan pembelajaran.Dengan kata lain, fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran untuk pengembangan pembelajaran dilaksanakan apabila hasil kegiatan evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar pengembangan pembelajaran.
Akreditasi ditetapkan atau diputuskan setelah dilaksanakan evaluasi terlebih dahulu terhadap lembaga pendidikan.Ada berbagai aspek yang dinilai dalam menentukan akreditasi suatu lembaga pendidikan, salah satu aspek/komponen yang dinilai adalah pembelajaran.Dengan demikian fungsi dan tujuan evalusi hasil belajar untuk akreditasi dilaksanakan apabila hasil kegiatan evaluasi pembelajaran digunakan sebagai dasar akreditasi lembaga pendidikan.

2.           Sasaran Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran sebagaimana diungkapkan sebelumnya berusaha menetapkan jasa, nilai atau mamfaat aspek-aspek pembelajaran.Dengan kata lain, sasaran evaluasi pmbelajaran adalah aspek-aspek yang terkandung dalam kegiatan pembelajaran.Dengan demikian sasaran evaluasi pembelajaran meliputi :
a.       Tujuan pembelajaran yang meliputi : penjabaran tujuan pengajaran, rumusan tujuan pengajaran, dan unsur—unsur tujuan pengajaran.
b.      Unsur dinamis pembelajaran yang meliputi : sumber belajar atau komponen sistem instruksional yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini interaksi antara sumber belajar dengan siswa.

Secara lebih rinci sasaran evaluasi pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran antara lain adalah :
§ Kesesuaian pesan dengan tujuan pengajaran
§ Kesesuaian sekuensi penyajian pesan kepada siswa
§ Kesesuaian bahan dan alat dengan pesan dan tujuan pengajaran
§ Kemampuan guru menggunakan bahan dan alat dalam pembelajaran
§ Kemampuan guru menggunakan teknik pembelajaran
§ Kesesuaian teknik pembelajaran dengan pesan dan tujuan pengajaran
§ Interaksi siswa dengan siswa lain
§ Interaksi guru dengan siswa
d.      Kurikulum yang meliputi :
§  Tersedianya dan sekaligus kelengkapan komponen kurikulum
§  Pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
§  Pemahaman terhadap tujuan kelembagaan atau tujuan institusional sekolah
§  Pemahaman terhadap struktur program kurikulum
§  Pemahaman terhadap GBPP
§  Pemahaman terhadap teknik pembelajaran
§  Pemahaman terhadap system evaluasi
§  Pemahaman terhadap pembinaan guru
§  Pemahaman terhadap bimbingan siswa
Dengan demikian sasaran evaluasi pembelajaran yang meliputi tujuan pengajaran, unsure dinamis pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan kurikulum.Sasaran evaluasi tersebut harus dijabarkan kedalam descriptor pada instrument evaluasi pembelajaran yang akan digunakan dalam prosedur evaluasi pembelajaran.

3.           Prosedur Evaluasi Pembelajaran
Prosedur evaluasi pembelajaran terdiri dari lima tahapan, yakni penyusunan rancangan ( desain), penyusunan instrument, pengumpulan data, dan penyusunan laporan evaluasi pembelajaran.
a.    Penyusunan Rancangan
Secara garis besar desain evaluasi pembelajaran berisi hal-hal yang sama dengan yang tertera dalam desain penelitian, yakni meliputi latar belakang, problematika, tujuan evaluasi, populasi dan sampel, instrument dan sumber data, serta teknik analisis data ( Arikunto dalam Dimyati dan Mudjiono : 2013 : 227 )
b.    Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah penyusunan instrument adalah : (1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrument yang akan disusun, (2) membuat kisi-kisi yang mencanangkan tentang perincian variable dan jenis instrument yang akan digunakan untuk mengukur bagian variable yang bersangkutan, (3) membuat butir-butir instrument evaluasi pembelajaran yang dibuat berdasarkan kisi-kisi, dan (4) menyunting unstrumen evaluasi pembelajaran yang meliputi : mengurutkan butir menurut sistimatika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah pengolahan data, menuliskan petunjuk pengisian dan identitas serta yang lain, dan membuat pengantar pengisian instrument.
c.     Pengumpulan Data
Setelah instrument evaluasi pembelajaran siap pakai, maka langkah berikutnya adalah datang kepada sumber data untuk mengumpulkan data/informasi yang diperlukan.Dalam pengumpulan data dapat diterapkan berbagai teknik pengumpulan data diantaranya adalah kuesioner, wawancara, pengamatan, dan studi kasus.
d.    Analisis data
Data atau informasi yang berhasil dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis.Sebagaimana halnya dengan evaluasi hasil belajar, data dapat diolah secara individual ataupun secara kelompok.Apabila data diolah dan dianalisis secara individual, maka hasilnya menunjuk kepada seseorang atau suatu keadaan.Sedangkan pengolahan dan penganalisaan secara kelompok, hasilnya menunjuk kepada suatu bagian data atau keseluruhan.
Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, analisis data yang paling banyak dilaksanakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang ditunjang oleh data-data kuantitatif.
e.    Penyusunan laporan
 Setelah melaksanakan analisis data, seorang evaluator masih harus menyusun laporan tentang evaluasi pembelajaranyang telah mereka laksanakan.Dalam laporan evaluasi pembelajaran harus berisikan pokok-pokok : (1)tujuan evaluasi, (2) problematika, (3) lingkup dan metodologi evaluasi pembelajaran, (4) pelaksanaan evaluasi pembelajaran, dan (5) hasil evaluasi pembelajaran.




MOTIVASI BELAJAR

MOTIVASI  BELAJAR

Setelah mempelajari materi ini, melalui kajian bahan bacaan, tanya jawab dan diskusi dengan dosen serta teman-teman sekelas, anda diharapkan mampu :
1.    Merumuskan dengan kata-kata sendiri pengertian motivasi
2.    Mengidentifikasi jenis motivasi belajar siswa
3.    Mengupayakan peningkatan motivasi belajar siswa


Latar Belakang
Pak Ahmad adalah guru SMP dan menjadi wali kelas IX sebuah SMP di kota B.Ia memiliki catatan tentang perilaku belajar siswa SMP.Catatan tersebut merupakan hasil pengamatan, wawancara dengan siswa dan orang tua serta kutipan hasil belajar dari guru lain.
Dari catatan tersebut, Pak Ahmad menarik kesimpulan sementara sebagai berikut. Pertama , ada siswa yang tampak segan belajar, karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran sekolah.Hasil belajar siswa tersebut tergolong rendah.Setelah guru member informasi tentang kegunaan mata pelajaran, siswa tersebut mengubah perilaku belajarnya.Siswa tampak rajin, memusatkan perhatian pada pelajaran, dan pada akhir semester hasil belajarnya tergolong baik. Kedua, ada siswa yang tampak segan belajar, karena urusan pergaulan dengan teman sekelasnya, dan urusan dengan keluarganya.Hasil belajar siswa tersebut menurun menjadi sedang.Setelah guru menghubungi teman sekolah dan keluarga siswa tersebut, siswa tersebut merubah perilaku belajarnya.Siswa tersebut tampak belajar dengan penuh semangat.Hasil belajarnya menjadi sangat baik. Ketiga, ada siswa yang rajin dan bersemangat belajar tinggi.Padahal siswa tersebut juga mengalami keadaan yang mengganggu konsentrasi belajar.Ia menggunakan kesempatan belajar dengan baik, seperti belajar di perpustakaan, dan sumber belajar lain.Hasil belajarnya sangat baik, karena bersemangat belajar tinggi.

Dari catatan pengalaman guru tersebut, tampaknya guru perlu memperhatikan kondisi ekstern belajar dan kondisi intern siswa yang belajar.

A.   MOTIVASI DAN PENTINGNYA MOTIVASI
Ketiga peristiwa tersebut di atas menunjukkan peranan siswa dan guru dalam kegiatan belajar. Peristiwa pertama, siswa segan belajar, karena tidak mengetahui kegunaan mata pelajaran di sekolah.Siswa ini bermptivasi rendah, karena kurang memperoleh informasi.Peristiwa kedua, motivasi belajar siswa mwnurun karena gangguan ekstern belajar.Pada kedua peristiwa tersebut , motivasi belajar siswa menjadi lebih baik, setelah guru mengubah kondisi ekstern belajar siswa. Peristiwa ketiga, siswa memiliki motivasi belajar tingg.Walaupun guru tidak membantu siswa, tetrapi siswa mampu mengatasi gangguan dan hambatan belajarnya.

1.    Pengertian Motivasi
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar.Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber.Timbul pertanyaan-pertanyaan seperti (i) kekuatan apa yang menjadi penggerak belajar siswa, (ii) berapa lama kekuatan tersebut berpengaruh dalam kegiatan belajar, dan (iii) dapatkah kekuatan tersebut dipelihara ?
Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar.Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan.Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tjuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu.Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar.

2.    Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : (1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, (2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya, (3) Mengarahkan kegiatan belajar, (4) Membesarkan semangat belajar, (5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja ( disela-selanya adalah istirahat atau bermain ) yang berkesinambungan ; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
Motivasi belajar juga perlu diketahui oleh seorang guru.Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermamfaat bagi guru, yakni, (1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; (2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-ragam, (3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran, (4) Memberi peluang guru untuk “ unjuk kerja “ rekayasa pedagogis.
Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “ mengubah “ siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “ Mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar.

B.    JENIS DAN SIFAT MOTIVAS
Motivasi, sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat.Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut.Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan.Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (i) motivasi primer, dan (ii) motivasi sekunder.
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia.Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Sebagai illustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar.Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu.Agar dapat bekerja dengan baik, orang harus belajar bekerja. “ Bekerja dengan baik “ merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari (i) dalam diri sendiri, yang dikenal dengan motivasi internal, dan (ii) dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi eksternal.
Disamping itu kita bisa membedakan motivasi intrinsik yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya.Sebagai illustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah.Motivasi memang mendorong terus, dan member energi pada tingkah laku.Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain.Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain.Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya.Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah atau menghindari hukuman.Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat.hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar.Jika siswa belajar dengan hasil yang sangat memuaskan maka ia aakan mendapatkan hadiah dari guru atau orang tua.Sebaliknya jika hasil belajar tidak baik , memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh peringatan atau hukuman dari guru atau orang tua.Peringatan atau hukuman tersebut tidak menyenangkan bagi siswa.Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh peringatan atau hukuman dari guru. Dalam hal ini , hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat.

C.    MOTIVASI DALAM BELAJAR
Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar.Motivasi belajar tersebut ada yang intrinsik dan ada yang ekstrinsik.Penguatan motivasi-motivasi belajar tersebut berada ditangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain.
Penguatan motivasi belajar dari guru yang mengandung motivasi belajar yang dikelola oleh guru dan dihayati oleh siswa dapat dilukiskan sebagai berikut : (1) Guru adalah pendidik yang berperanan dalam rekayasa pedagogis.Guru bertindak membelajarkan siswa yang memiliki motivasi instrinsik. (2) Siswa adalah pebelajar yang paling berkepentingan dalam menghayati belajar.Ada siswa yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan sejak kecil.Siswa tersebut memiliki motivasi intrinsik. Siswa yang lain baru memiliki keinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan berkat teman sebayanya.Mereka ini memiliki motivasi ekstrinsik. (3) Dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan mendidik seperti memberi hadiah, memuji, menegur, menghukum, atau member nasehat.Tindakan guru tersebut berarti  menguatkan motivasi intrinsik ; tindakan guru tersebut juga  berarti mendorong siswa belajar, suatu penguatan motivasi ekstrinsik.  (4) Dengan belajar yang bermotivasi, siswa memperoleh hasil belajar. (5) Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang terwujud dalam nilai raport, nilai ijazah, atau transkrip indeks prestasi (IP). (6) Dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian atau merupakan transfer hasil belajar di sekolah. (7) Setelah siswa lulus sekolah, sekurang-kurangnya selesai wajib belajar sembilan tahun, maka diharapkan mengembangkan dirilebih lanjut. (8) Dengan memprogram belajar sendiri secara berkesinambungan, maka ia memperoleh hasil belajar atas tanggung jawab sendiri.

1.    Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
a.    Cita-Cita Atau Aspirasi Siswa
b.    Kemampuan Siswa
c.     Kondisi Siswa
d.    Kondisi Lingkungan Siswa
e.    Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar Dan Pembelajaran
f.     Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa
2.    Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
a.    Optimalisasi Penerapan Prinsip Belajar
b.    Optimalisasi Unsur Dinamis Belajar Dan Pembelajaran
c.     Optimalisasi Pemamfaatan Pengalaman Dan Kemampuan Siswa

d.    Pengembangan Cita-Cita Dan Aspirasi Belajar

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

Setelah mempelajari materi ini, melalui kajian bahan bacaan, tanya jawab dan diskusi dengan dosen serta teman-teman sekelas, anda diharapkan mampu :
1.    Menyebutkan dan menjelaskan prinsip-prinsip belajar
2.    Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam upaya meningkatkan usaha belajar siswa
3.    Menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam upaya meningkatkan usaha pembelajaran dari guru

Salah satu tugas guru adalah mengajar.Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat.Oleh karenanya , anda sebagai calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah-demi langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa member arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru.
Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran.Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat.Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi ternyata tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa.Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan.Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relative berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya.Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,tantangan,balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

1.    Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.Perhatian dalam belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari akan membangkitkan motivasi untuk mempelajari.Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam belajar.Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang.Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat.Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya.Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya.Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan  hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Sikap siswa seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya.Siswa yang menyukai bahasa Inggris akan merasa senang belajar bahasa Inggris dan terdorong untuk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya.Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Motivasi dapat bersifat internal, dapat juga bersifat eksternal.Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik.Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya.Motif intrinsik dapat bersifat internal dan juga bersifat eksternal.Motif ekstrinsik bisa bersifat internal maupun eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal.Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsic yang disebut “transformasi motif”.

2.     Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu ,mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.John Dewey misalnya mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri , maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah ( John Dewey 196, dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013 ).
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.(  Gage and Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono, 2013 ).Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif , konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu.Anak mampu untuk mencari , menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya.Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan.
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya.Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang yang susah diamati.Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar,menulis,berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis lainnya.

3.    Keterlibatan langsung/Berpengalaman
Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat lansung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan ( direct performance ), bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating), apalagi sekedar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).

4.    Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya.Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,menanggap,mengingat,menghayal,merasakan,berpikir, dan sebagainya.Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkemnang.Seperti pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya Trohndike.Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “ law exercise”, ia mengemukakan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

5.    Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk pada tujuan baru , demikian seterusnya.Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.Bahan belajar yang baru yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan, membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.Pelajaran yang member kesempatan kepada siswa untuk menentukan konsep-konsep ,prinsip-prinsip akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip tersebut.Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa.

6.    Balikan dan Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.Skinner.Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya.Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan.
Format sajian berupa Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat bersemangat.

7.    Perbedaan invidual
Perbedaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.Sistim pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,kebiasaan yang kurang lebih sama,demikian pula dengan pengetahuannya.

a.    Implikasi Prinsip-prinsip belajar bagi siswa
1.       Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke       arah pencapaian tujuan  belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya.
Motivasi belajar yang ada pada diri siswa harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai,menanggapi secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya.
2.       Keaktifan
Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pembelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.
3.       Keterlibatan langsung/berpengalaman
Siswa dituntut agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman .
4.       Pengulangan
Kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.Dengan kesadaran ini ,diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan.
5.       Tantangan
Apabila siswa diberi tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh , memproses, dan mengeolah setiap pesan yang ada dalam pembelajaran. Balikan dan penguatan
6.       Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah.Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil ( knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat ( reinforce ) bagi diri sendiri.


7.       Perbedaan individual
Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.

b.    Implikasi Prinsip-prinsip belajar bagi guru
1.       Perhatian dan motivasi
Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajarannya sudah memikirkan perilakunya terhadap siswa sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan motivasi siswa dan tidak berhenti pada rencana pembelajarannya tetapi sampai pada pelaksanaan kegiatan pembelajarannya.Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut :
§  Guru menggunakan metode secara bervariasi
§  Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan
§  Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak menoton
§  Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing ( direction question )
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku antara lain :
§  Memiloih bahan ajar sesuai minat siswa
§  Menggunakan metode dan tehnik mengajar yang disukai siswa
§  Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa
§  Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan.
§  Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.
2.       Keaktifan
Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut :
§  Menggunakan multimethode dan multimedia
§  Memberikan tugas secara individual dan kelompok
§  Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil .
§  Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, serta
§  Mengadakan Tanya jawab dan diskusi
3.       Keterlibatan langsung/berpengalaman
Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan pembelajaran.Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran.Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah :
§  Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil
§  Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
§  Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
§  Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
§  Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau di luar sekolah
§  Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
4.       Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan.Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah :
§  Merancang pelaksanaan pengulangan
§  Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
§  Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
§  Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan
§  Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
5.       Tantangan
Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalaui bentuk kegiatan , bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran.Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah :
§  Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau kelompok kecil ( 3-4 orang )
§  Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
§  Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan
§  Mengembangkan bahan pembelajaran  ( tes, hand out, modul, dan yang lain ) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail.
§  Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi sendiri.
§  Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajaikan dalam topic diskusi
6.       Balikan dan penguatan
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku diantaranya adalah :
§  Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
§  Mengereksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan  kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan
§  Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa ( berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah ), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran
§  Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar.
§  Mengumumkan atau mengkomfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
§  Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru
§  Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasilmenyelesaikan tugas.
7.       Perbedaan individual
Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada semua keunikan yang melekat pada tiap siswa.Guru tidak boleh mengasumsikan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan kesatuan yang memiliki karakteristik yang sama.Konsekwensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang.Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah :
§  Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya,
§  Merancang pemamfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
§  Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan , dan
§  Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.