Minggu, 26 April 2015

MASALAH-MASALAH BELAJAR

MASALAH-MASALAH DALAM BELAJAR

Setelah mempelajari isi dari materi ini , anda diharapkan mampu :
1.    Mengidentifikasikan masalah pada pembelajaran
2.    Menentukan masalah ekstern atau masalah intern pada pembelajaran
3.    Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan masalah-masalah pembelajaran
4.    Menemukan alternative pemecahan masalah-masalah pembelajaran


Guru professional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil.Ia menemukan bahwa ada bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa belajar.Ada siswa yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua.Ada siswa yang enggan belajar karena pindah tempat tinggal.Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajar topic tertentu.Ada pula siswa yang giat belajarkarena ia bercita-cita menjadi seorang ahli.Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru dan calon guru.
Pada pembahasan ini berturut-turut akan dipelajari masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar yang akan dipelajari meliputi masalah-masalah intern belajar, masalah-masalah ekstern belajar, dan bagaimana upaya menemukan masalah-masalah belajar tersebut.Pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan perangkat kompetensi guru dan calon guru.
A.   Masalah-masalah Intern Belajar
Proses belajar mengajar merupakan hal yang kompleks.Siswalah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern.Jika siswa tidak mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik. Faktor intern yang dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut :

1.         Sikap terhadap belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu , yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, menyebabkan terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.

2.         Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorongterjadinya proses belajar.Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah.Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu , motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang menggembirakan.


3.         Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar secara selingan istirahat.

4.         Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa.Kemampuan menerima isi dan cara pemerolehan tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai mata pelajaran.Kemampuan siswa mengolah bahan tersebut menjadi makin baik, bila siswa berpeluang aktif belajar.

5.         Menyimpan perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan.Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama.Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

6.         Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima.Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengaitkannya dengan bahan lama.Dalam hal pesan lama, maka siswa akan memanggil atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar.
Ada kalanya siswa juga mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri.Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan, dan penyimpanan.

7.         Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Siswa menunjukkan vahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

8.         Rasa percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar, diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “ perwujudan diri “ yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.makin sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin sering memperoleh pengakuan umum, dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.Sebaliknya kegagalan yang berulang kali dapat menimbulkan rasa tidak percaya diri sangat kuat, maka diduga siswa akan menjadi takut belajar.

9.         Intelegensi dan keberhasilan siswa
Menurut Wechler ( Dimyati dan Mudjiono ) intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10.     Kebiasaan belajar
Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (a) belajar pada akhir semester, (b) belajar tidak teratur, (c) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (d) bersekolah hanya untuk bergengsi, (e) datang teerlambat bergaya pemimpin, (f) bergaya jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (g) bergaya minta belas kasihan tanpa belajar.

11.     Cita-cita siswa
Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup.Cita-cita merupakan motivasi intrinsik yang perlu dididikkan pada anak sejak anak mulai di sekolah dasar. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa.Adanya cita-cita yang direncanakan oleh siswa maka akan membangkitkan motivasi belajarnya.
( Dimyati dan Mudjiono : 2013 : 239-247)

B.    Faktor-faktor Ekstern Belajar
Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa.Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan siswa.Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila program pembelajarn disusun dengan baik.
Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa factor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar.Faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Guru sebagai pembina siswa belajar
2.       Prasarana dan sarana pembelajaran
3.       Kebijakan penilaian
4.       Lingkungan social siswa di sekolah
5.       Kurikulum sekolah

C.    Cara Menentukan Masalah-masalah Belajar
Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar.Dengan demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.

1.    Pengamatan perilaku belajar
Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan, dengan mengajar. Guru selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa.Dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman belajarnya.jadi ada perbedaan peran guru, yaitu peran membelajarkan dan peran mengamat untuk menemukan masalah-masalah belajar. Bila masalah siswa ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut :
a)    Menyusun rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain
b)   Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa
c)    Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga atau empat bulan.
d)   Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses belajar sesuatu
e)   Mencatat hal-hal yang diamati
f)     Menafsirkan hasil pengamatan
( Semiawan, et.al  1987 ; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono : 2013 ).

2.    Analisis hasil belajar
Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas.bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang berwujud karya atau benda.Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa.Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.Oleh karena itu, pada tempatnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar siswa di kelasnya.
Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah : (i) merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain intruksional, (ii) merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar, (iii) merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi; kemudian menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut, (iv) mengumpulkan hasil belajar siswa, baik yang berupa jawaban ujian tulis, ujian lisan, dan karya tulis maupun benda, (v) melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan, (vi) mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa, (vii) mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku, (viii) memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar, (ix) guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester. ( Semiawan, et.al  1987 ; Biggs & Telfer, 1987 dalam Dimyati dan Mudjiono : 2013 ).


3.    Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa.Meskipun demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan tertentu.Artinya; jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik tertentu.Sebagai illustrasi, uji kemampuan afektif seperti penilaian sikap pada PPKn tidak dapat diuji dengan menggunakan tes obyektif atau dengan memilih isian benar atau salah. Pada tempatnya guru mempertimbangkan dengan seksama kebaikan dan kelemahan jenis tes hasil belajar yang digunakan.

Tes hasil belajar dapat digunakan untuk (i) menilai kemajuan belajar, dan (ii) mencari masalah-masalah dalam belajar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar