HAKIKAT PEMBELAJARAN
A.
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa mengetahui dan memahami : pengertian pembelajaran,
factor-faktor yang berpengaruh terhadap system pembelajaran, dan implementasi
belajar dan pembelajaran dalam pendidikan
B. Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini
adalah :
1.
Mahasiswa
dapat menjelaskan pengertian pembelajaran
2.
Mahasiswa
dapat menyebutkan dan menjelaskan factor-faktor yang berpengaruh terhadap
system pembelajaran
3.
Mahasiswa
dapat menjelaskan implementasi belajar dan pembelajaran dalam pendidikan
HAKIKAT PEMBELAJARAN
1 . Pengertian
Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan
istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan
siswa.Sebelumnya, kita menggunakan istilah “ proses belajar-mengajar “ dan “
pengajaran “. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan
Wager (dalam Udin S. Winataputra, dkk : 2007), pembelajaran adalah serangkaian
kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada
siswa.Instruction is a set of events that
affect learners in such a way that learning is facilitated.Knowles ( dalam
Ida Bagus Putrayasa :2012) pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Sementara itu Achjar Chalil
mendefenisikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.(Ida Bagus
Putrayasa:2012).
Kita lebih memilih
istilah pembelajaran karena istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan
yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.Kalau kita menggunakan
kata “pengajaran” kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-siswa
di dalam kelas.Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak
dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik.Siswa dapat belajar melalui bahan
ajar cetak, program radio, program televise, atau media lainnya. Tentu saja,
guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan
pembelajaran.Dengan demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan
pembelajaran.
Kini, kita sudah
memiliki konsep dasar pembelajaran seperti hal itu dirumuskan dalam pasal 1
butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “ Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni
interaksi, peserta didik, pendidik,
sumber belajar dan lingkungan
belajar. Marilah kita kaji dengan cermat satu persatu.Dalam kamus ilmiah
popular ( Tim prima Pena, 2006:209), kata interaksi mengandung arti pengaruh
timbal balik; saling mempengaruhi satu sama lain. Peserta didik menurut pasal 1
butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu dalam
Pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.Sumber
belajar atau learning resources,
secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta
didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran.Jika dikelompokkan
sumber belajar dapat berupa sumber belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar,
jaringan, dan lingkungan ( alam, sosial,
budaya, spiritual). Lingkungan belajar
atau learning environment adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya
proses belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet,
keluarga, masyarakat, dan alam semesta.
Dari pengertian di
atas, kita mengetahui bahwa cirri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi,
dan peningkatan proses belajar siswa.Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan
dari pihak di luar individu yang secara kolektif dalam suatu system, merupakan
cirri utama dari konsep pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses
belajar terjadi dengan sengaja. Disamping itu , ciri lain dari pembelajaran
adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan.Interaksi tersebut terjadi
antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan
pendidik, siswa lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. Ciri lain dari
pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama
lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi
pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengacu kepada kemampuan atau kompetensi yang
diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu.materi
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada
penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan tehnik dan media dalam rangka
membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman
belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses pembelajaran
dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
pencerdasan kehidupan bangsa.
2. Faktor-faktor
yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran
Secara global
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar individu dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar
(Syah, 2005). Ketiga faktor tersebut sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu
sama lain. Berikut dipaparkan mengenai ketiga faktor tersebut.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi:
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan atas dua macam
. Pertama, kondisi fisik atau keadaan tonus jasmani, pada umumnya sangat
mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar
akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan belajar individu.
Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya
hasil belajar yang maksimal. Kedua , keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama
proses belajar berlangsung fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat
memengaruhi hasil belajar terutama pancaindra.
B.
Faktor
Psikologis
Faktor-faktor psikologis
adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat
memengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor
psikologis yang utama
memengaruhi proses belajar yaitu
:
1)
Kecerdasan/intelegensi
siswa
Kecerdasan merupakan faktor yang paling penting
dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru atau professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswa.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Standford-Binet yang
telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut.
Tingkat
Kecerdasan (IQ)
|
|
Klasifikasi
|
140-169
|
|
Amat Superior
|
120-139
|
|
Superior
|
110-119
|
|
Rata-rata
tinggi
|
90-109
|
|
Rata-rata
|
80-89
|
|
Rata-rata
rendah
|
70-79
|
|
Batas lemah
mental
|
20-69
|
|
Lemah mental
|
|
|
|
Dari tabel
di atas, dapat
diketahui penggolongan tingkat
kecerdasan
manusia.
2)
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi
keefektivan kegiatan belajar siswa. Motivasi mendorong siswa untuk melakukan
kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi
intrinsik sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberi
arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang
datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk
belajar.
3)
Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti
kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang
bisa digunakan. Pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari menjadi
materi yang sangat menarik dan tidak membosankan. Kedua, pemilihan jurusan atau
bidang studi yang dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
4)
Sikap
Dalam belajar, sikap individu dapat mempengaruhi
keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi
afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dengan cara yang
relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan sebagainya, baik secara
positif maupun negatif.
5)
Bakat
Secara umum bakat (aptitude) didefinisikan
sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
individu untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan dasar individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.
2. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa tau
faktor-faktor internal/endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi
proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal dalam belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial
merupakan pengaruh yang datang atau berasal dari manusia. Lingkungan sosial
siswa meliputi orang tua, keluarga, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman
sepermainan di sekitar rumah siswa. Sifat-sifat lingkungan sosial dapat memberi
dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh
siswa. Lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti keadaan alam,
udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, sore, malam), serta faktor
instrumental yang mencakup tempat belajar, gedung, maupun buku-buku pelajaran.
3.
Pendekatan
Belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala
cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang keefektifan dan
keefesienan proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk
memecahkan masalah atau mencapai belajar tertentu.
Dalam sistem
pembelajaran terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan sistem
pembelajaran. Mengutip pendapat Dunkin (1974) faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana,
alat dan media yag tersedia, serta faktor lingkungan.
1. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat
menetukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru,
bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin
bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik
pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan,
kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar.
Dalam proses pembelajaran, guru tidak
hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi
juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan
demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh
karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh
kualitas atau kemampuan guru.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek
yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru,
yaitu
a. Teacher
formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua
pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
b. Teacher
training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungsn
dengan aktivitas latar belakang pendidikan guru.
c. Teacher
properties, meliputi segala sesuatu yang berhubungan
dengan sifat yang dimiliki guru. Misalnya sikap guru terhadap siswa,
kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka dalam
pengelolaan pembelajaran ataupun kemampuan dalam penguasaan materi
pembelajaran.
Selain latar guru seperti di atas,
pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat pula
memengaruhi proses pembelajaran. Guru yang menganggap mata pelajaran IPS
sebagai mata pelajaran hafalan akan berbeda dalam pengelolaan pembelajarannya
dibandingkan dengan guru yang mengganggap mata pelajaran tersebut sebagai mata
pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir.
2. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah
perkembagan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama
perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.
Seperti halnya guru, faktor-faktor yang
dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek
latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences
serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).
Aspek latar belakang meliputi jenis
kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi siswa, tempat tinggal
siswa, dan lain-lain. Sedangkan dari sifat yang dimiliki siswa meliputi
kemampuan dasar dan sikap.
Sikap dan penampilan siswa di dalam
kelas juga merupakan aspek lain yang bisa memengaruhi proses pembelajaran. Ada
kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan adapula
siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi
yang rendah dalam belajar. Semua itu akan memengaruhi proses pembelajaran di
dalam kelas.
3. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap proses pembelajaran misalnya media
pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan sebagainya.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah,
penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan
prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Dengan
demikian, sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat memngaruhi
proses pembelajaran.
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang
dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu:
a.
Faktor Organisasi Kelas
Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang
efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam
satu kelas berkecen-derungan:
(1) Sumber
daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu
yang tersedia akan semakin sempit.
(2)
Kelompok belajar akan kurang
memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada.
(3) Kepuasan
belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok
belajar yan terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap
guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
(4)
Perbedaan individu antara anggota akan
semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.
(5) Anggota
kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang
terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
(6) Anggota
kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan
berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.
b.
Faktor
Iklim Sosial-Psikologis
Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang
yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara
internal atau eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah
hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, sedangkan iklim
sosial-psikologis secara eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak
sekolah dengan
dunia luar. Sekolah yang memiliki hubungan yang baik
secara internal ataupun eksternal akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
siswa di sekolah.
3. Implementasi
Belajar dan Pembelajaran dalam Pendidikan
Salah satu langkah yang
dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan
sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat
memengaruhi keberhasilan suatu proses. Menurut Sanjaya (2006) dinyatakan bahwa
“sistem adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan
saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.
Berdasarkan pengertian
tersebut, maka terdapat tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu
sistem. Pertama, setiap sistem sudah tentu memiliki tujuan. Tujuan
merupakan ciri utama suatu sistem karena tidak ada sistem tanpa tujuan. Tujuan
merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Kedua,
sistem selalu mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan.
Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin kompleks tujuan, maka semakin
rumit juga proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu sistem
selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu.
Oleh sebab itu, sistem tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. Sistem
memerlukan berbagai komponen satu sama lain saling berkaitan.
Melalui pemahaman
sistem, minimal setiap guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau
hasil yang diharapkan. Proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan,
pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang
ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut. Sistem
bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran.
Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan
hasil yang dimanfaatkan (Sanjaya, 2006). Melalui sistem perencanaan, guru dapat
menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas
yang ada untuk ketercapaian tujuan.
Sekolah
memiliki hubungan yang baik secara internal, yang ditujukan oleh kerja sama
antar guru, saling menghargai dan saling membantu, makan memungkinkan iklim
belajar menjadi sejuk dan dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi
belajar siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan
penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi
psikologis siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan
baik dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran program-program
sekolah, sehingga upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
akan mendapat dukungan dari pihak lain.
Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku. Hal senada diungkapkan oleh Gulo (2002) yang menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses pendidikan yang berlangsung di dalam diri
seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir,
bersikap, dan berbuat. Namun demikian, kita akan sulit melihat bagaimana
terjadinya proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, oleh karena itu
perubahan tingkah laku berhubungan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi
yang sulit dilihat dan diraba. Walaupun kita tidak dapat melihat terjadinya
proses perubahan tingkah laku pada diri setiap manusia, tetapi sebenarnya kita
bisa menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum, yaitu dengan
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses belajar berlangsung.
Efektivitas
pembelajaran atau belajar dan tidaknya seseorang dapat dilihat dari
aktivitasnya selama terjadinya proses belajar, tetapi hanya bisa dilihat dari
adanya perubahan dari sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran.
Seorang siswa yang sepertinya aktif belajar yang ditunjukkan dengan caranya
memerhatikan guru dan rapinya ia membuat catatan, belum tentu ia belajar dengan
baik manakala ia tidak menunjukkan adanya perubahan perilaku. Pada akhirnya
guru sebagai pembelajar harus memahami bagaimana kondisi siswa, lingkungan, dan
juga mampu merencanakan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
Aktivitas belajar
adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama
proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud
adalah
aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan
pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa
bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
Trianto (2009)
menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran
adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa
dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal
mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan
terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi.
Dimyati dan Mudjiono
(2002) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan
salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa memiliki
keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku sebagai berikut.
1)
Antusiasme
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2)
Interaksi
siswa dengan guru.
3)
Interaksi
siswa dengan siswa.
4)
Kerjasama
kelompok.
5)
Aktivitas
belajar siswa dalam diskusi kelompok.
6)
Aktivitas
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.
7)
Aktivitas
belajar siswa dalam menggunakan alat peraga.
8)
Partisipasi
siswa dalam menyimpulkan materi.
Aktivitas belajar siswa
merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena
siswa mau aktif untuk belajar. Penyusunan standar proses pendidikan diperlukan
untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Seorang pebelajar
(siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat hubungannya dengan
usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar
(guru).
Pada satu sisi, belajar dialami oleh pebelajar terkait dengan petumbuhan
jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang berupa
perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau
rekayasa pembelajaran. Dari segi siswa, jika belajar yang dialaminya sesuai
dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil
belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan
menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju
kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari
tindak mendidik atau kegiatan mengajar. Proses belajar siswa tersebut sebagai
dampak pengajaran.
Skiner memandang
perilaku belajar dari segi perilaku teramati. Oleh karena itu, ia
mengemukakan pentingnya program pembelajaran. Gagne memandang kondisi
internal belajar dan kondisi eksternal belajar yang bersifat interaktif. Oleh
karena itu, guru seharusnya mengatur acara pembelajaran yang sesuai dengan
fase-fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki. Piaget berpendapat
bahwa belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan
sehingga terjadi di antaranya adalah fase operasi formal, yang mana siswa telah
dapat berpikir abstrak sebagai orang dewasa. Oleh karena itu ia menyarankan
langkah-langkah acara pembelajaran, yang didalamnya terdapat kegiatan prediksi,
eksperimen, dan eksplantasi.
Demikian pula Rogers
mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam
pembelajaran. Prinsip itu adalah bahwa pebelajar memiliki kekuatan menjadi
manusia, belajar hal bermakna, menjadikan bagian yang bermakna bagi diri,
bersikap terbuka, berpartisipasi secara bertanggung jawab, belajar mengalami
secara berkesinambungan dan dengan penuh kesungguhan. Ia menyarankan agar dalam
acara pembelajaran, siswa memperoleh kepercayaan diri untuk mengalami dan
menemukan sesuatu hal secara bertanggung jawab. Hal itu terjadi bila guru
bertindak sebagai fasilitator.
Bagi individu, belajar
yang terjadi pada individu merupakan perilaku kompleks, tindak interaksi antara
pebelajar dan pembelajar yang memiliki tujuan.
Oleh
karena berupa akibat interaksi, maka belajar dapat didinamiskan.
Pendinamisasian belajar terjadi oleh pelaku belajar lingkungan pebelajar.
Dinamika pebelajar yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki
ranah-ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang kesemuanya itu terkait
dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan dinamisasi dari luar dapat berasal dari
guru atau pembelajar di lingkungannya. Usaha guru mendinamisasikan belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa menghadapi bahan belajar, penciptaan
suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan media sumber dan sumber belajar,
serta memaksimalkan peran sebagai pembelajar, sehingga akan menghasilkan
kualitas pembelajaran yang tinggi.
Sumber :
1.
Sisdiknas
( 2003 ) Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR RI
2.
Permendiknas
RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses . Jakarta : BSNP
3.
Udin
S. Winataputra, dkk (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta :
Universitas Terbuka
4.
Ida
bagus Putrayasa (2012). Bahan Ajar Landasan Pembelajaran. Singaraja : Undiskha
Press
Harrah's Cherokee Casino and Hotel - MapyRO
BalasHapusGet 서귀포 출장마사지 directions, reviews and information for Harrah's Cherokee Casino and Hotel in 양주 출장안마 Cherokee, 충주 출장마사지 NC. Harrah's Cherokee Casino and Hotel 의정부 출장마사지 Map. 부천 출장샵 Map.