Rabu, 08 April 2015

HAKIKAT PEMBELAJARAN



HAKIKAT PEMBELAJARAN

A.    Kompetensi Dasar :

Mahasiswa mengetahui dan memahami : pengertian pembelajaran, factor-faktor yang berpengaruh terhadap system pembelajaran, dan implementasi belajar dan pembelajaran dalam pendidikan

B.      Hasil akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :
1.    Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian pembelajaran
2.    Mahasiswa dapat menyebutkan dan menjelaskan factor-faktor yang berpengaruh terhadap system pembelajaran
3.    Mahasiswa dapat menjelaskan implementasi belajar dan pembelajaran dalam pendidikan



































HAKIKAT PEMBELAJARAN

1 . Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukkan kegiatan guru dan siswa.Sebelumnya, kita menggunakan istilah “ proses belajar-mengajar “ dan “ pengajaran “. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (dalam Udin S. Winataputra, dkk : 2007), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.Instruction is a set of events that affect learners in such a way that learning is facilitated.Knowles ( dalam Ida Bagus Putrayasa :2012) pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.Sementara itu Achjar Chalil mendefenisikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.(Ida Bagus Putrayasa:2012).
Kita lebih memilih istilah pembelajaran karena istilah pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa.Kalau kita menggunakan kata “pengajaran” kita membatasi diri hanya pada konteks tatap muka guru-siswa di dalam kelas.Sedangkan dalam istilah pembelajaran, interaksi siswa tidak dibatasi oleh kehadiran guru secara fisik.Siswa dapat belajar melalui bahan ajar cetak, program radio, program televise, atau media lainnya. Tentu saja, guru tetap memainkan peranan penting dalam merancang setiap kegiatan pembelajaran.Dengan demikian, pengajaran merupakan salah satu bentuk kegiatan pembelajaran.
Kini, kita sudah memiliki konsep dasar pembelajaran seperti hal itu dirumuskan dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “ Pembelajaran adalah  proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar. Marilah kita kaji dengan cermat satu persatu.Dalam kamus ilmiah popular ( Tim prima Pena, 2006:209), kata interaksi mengandung arti pengaruh timbal balik; saling mempengaruhi satu sama lain. Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Sementara itu dalam Pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.Sumber belajar atau learning resources, secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran.Jika dikelompokkan sumber belajar dapat berupa sumber belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan lingkungan     ( alam, sosial, budaya, spiritual). Lingkungan belajar atau learning environment adalah lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti di kelas, perpustakaan, sekolah, tempat kursus, warnet, keluarga, masyarakat, dan alam semesta.
Dari pengertian di atas, kita mengetahui bahwa cirri utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.Ini menunjukkan bahwa unsur kesengajaan dari pihak di luar individu yang secara kolektif dalam suatu system, merupakan cirri utama dari konsep pembelajaran. Perlu diingat bahwa tidak semua proses belajar terjadi dengan sengaja. Disamping itu , ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi yang sengaja diprogramkan.Interaksi tersebut terjadi antara peserta didik yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik dengan pendidik, siswa lainnya, media, dan atau sumber belajar lainnya. Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengacu kepada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu.materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, dan tehnik dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.


2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Sistem Pembelajaran

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar individu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar (Syah, 2005). Ketiga faktor tersebut sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Berikut dipaparkan mengenai ketiga faktor tersebut.

1.  Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi:
A.    Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan atas dua macam . Pertama, kondisi fisik atau keadaan tonus jasmani, pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh yang positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua , keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar terutama pancaindra.

B.    Faktor Psikologis

Faktor-faktor  psikologis  adalah  keadaan  psikologis  seseorang  yang  dapat

memengaruhi      proses  belajar.  Beberapa  faktor  psikologis  yang  utama

memengaruhi proses belajar yaitu :

1)      Kecerdasan/intelegensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswa.

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Standford-Binet yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut.

Tingkat Kecerdasan (IQ)

Klasifikasi
140-169

Amat Superior
120-139

Superior
110-119

Rata-rata tinggi
90-109

Rata-rata
80-89

Rata-rata rendah
70-79

Batas lemah mental
20-69

Lemah mental






Dari  tabel  di  atas,  dapat  diketahui  penggolongan  tingkat  kecerdasan

manusia.

2)     Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektivan kegiatan belajar siswa. Motivasi mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi intrinsik sebagai proses di dalam diri individu yang aktif mendorong, memberi arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.

3)     Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari menjadi materi yang sangat menarik dan tidak membosankan. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi yang dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

4)     Sikap

Dalam belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

5)     Bakat

Secara umum bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki individu untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan.


2.  Faktor Eksternal

Selain karakteristik siswa tau faktor-faktor internal/endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor-faktor eksternal dalam belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu lingkungan sosial dan nonsosial. Lingkungan sosial merupakan pengaruh yang datang atau berasal dari manusia. Lingkungan sosial siswa meliputi orang tua, keluarga, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman sepermainan di sekitar rumah siswa. Sifat-sifat lingkungan sosial dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Lingkungan nonsosial meliputi lingkungan alamiah seperti keadaan alam, udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang, sore, malam), serta faktor instrumental yang mencakup tempat belajar, gedung, maupun buku-buku pelajaran.


3.      Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan oleh siswa dalam menunjang keefektifan dan keefesienan proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai belajar tertentu.

Dalam sistem pembelajaran terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan sistem pembelajaran. Mengutip pendapat Dunkin (1974) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yag tersedia, serta faktor lingkungan.

1.  Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menetukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Diyakini, setiap guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.

Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu

a.      Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.

b.      Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungsn dengan aktivitas latar belakang pendidikan guru.

c.   Teacher properties, meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru. Misalnya sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka dalam pengelolaan pembelajaran ataupun kemampuan dalam penguasaan materi pembelajaran.

Selain latar guru seperti di atas, pandangan guru terhadap mata pelajaran yang diajarkan juga dapat pula memengaruhi proses pembelajaran. Guru yang menganggap mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran hafalan akan berbeda dalam pengelolaan pembelajarannya dibandingkan dengan guru yang mengganggap mata pelajaran tersebut sebagai mata pelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir.
2.  Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembagan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil properties).

Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran, tingkat sosial ekonomi siswa, tempat tinggal siswa, dan lain-lain. Sedangkan dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar dan sikap.

Sikap dan penampilan siswa di dalam kelas juga merupakan aspek lain yang bisa memengaruhi proses pembelajaran. Ada kalanya ditemukan siswa yang sangat aktif (hyperkinetic) dan adapula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.


3.  Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap proses pembelajaran misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Dengan demikian, sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat memngaruhi proses pembelajaran.

4.      Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu:

a. Faktor Organisasi Kelas

Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajar yang besar dalam satu kelas berkecen-derungan:

(1)   Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.

(2)   Kelompok belajar akan kurang memanfaatkan dan menggunakan semua sumber daya yang ada.

(3)   Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini disebabkan kelompok belajar yan terlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.

(4)   Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semakin sukar mencapai kesepakatan.

(5)   Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.

(6)   Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok.

b.      Faktor Iklim Sosial-Psikologis

Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, sedangkan iklim sosial-psikologis secara eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan
dunia luar. Sekolah yang memiliki hubungan yang baik secara internal ataupun eksternal akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di sekolah.


3. Implementasi Belajar dan Pembelajaran dalam Pendidikan

Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas proses pendidikan adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan sistem kita dapat melihat berbagai aspek yang dapat memengaruhi keberhasilan suatu proses. Menurut Sanjaya (2006) dinyatakan bahwa “sistem adalah suatu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka terdapat tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem. Pertama, setiap sistem sudah tentu memiliki tujuan. Tujuan merupakan ciri utama suatu sistem karena tidak ada sistem tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Kedua, sistem selalu mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan. Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin kompleks tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu. Oleh sebab itu, sistem tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. Sistem memerlukan berbagai komponen satu sama lain saling berkaitan.

Melalui pemahaman sistem, minimal setiap guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan. Proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut. Sistem bermanfaat untuk merancang atau merencanakan suatu proses pembelajaran. Perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang dimanfaatkan (Sanjaya, 2006). Melalui sistem perencanaan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan berbagai sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan.

Sekolah memiliki hubungan yang baik secara internal, yang ditujukan oleh kerja sama antar guru, saling menghargai dan saling membantu, makan memungkinkan iklim belajar menjadi sejuk dan dan tenang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa. Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketidaknyamanan sehingga akan memengaruhi psikologis siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan baik dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran program-program sekolah, sehingga upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak lain.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Hal senada diungkapkan oleh Gulo (2002) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses pendidikan yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Namun demikian, kita akan sulit melihat bagaimana terjadinya proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, oleh karena itu perubahan tingkah laku berhubungan perubahan sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Walaupun kita tidak dapat melihat terjadinya proses perubahan tingkah laku pada diri setiap manusia, tetapi sebenarnya kita bisa menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum, yaitu dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses belajar berlangsung.

Efektivitas pembelajaran atau belajar dan tidaknya seseorang dapat dilihat dari aktivitasnya selama terjadinya proses belajar, tetapi hanya bisa dilihat dari adanya perubahan dari sebelum dan sesudah terjadinya proses pembelajaran. Seorang siswa yang sepertinya aktif belajar yang ditunjukkan dengan caranya memerhatikan guru dan rapinya ia membuat catatan, belum tentu ia belajar dengan baik manakala ia tidak menunjukkan adanya perubahan perilaku. Pada akhirnya guru sebagai pembelajar harus memahami bagaimana kondisi siswa, lingkungan, dan juga mampu merencanakan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud
adalah aktivitas yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Trianto (2009) menyatakan “hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa atau pun siswa dengan siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas belajar yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Dimyati dan Mudjiono (2002) menyatakan “aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar”. Siswa memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku sebagai berikut.

1)            Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2)             Interaksi siswa dengan guru.

3)             Interaksi siswa dengan siswa.

4)            Kerjasama kelompok.

5)            Aktivitas belajar siswa dalam diskusi kelompok.

6)            Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran.

7)            Aktivitas belajar siswa dalam menggunakan alat peraga.

8)            Partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi.

Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau prilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa akan menyebabkan suasana pembelajaran akan lebih hidup karena siswa mau aktif untuk belajar. Penyusunan standar proses pendidikan diperlukan untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sebagai upaya ketercapaian Standar Kompetensi Lulusan.

Seorang pebelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar
(guru). Pada satu sisi, belajar dialami oleh pebelajar terkait dengan petumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi lain, kegiatan belajar yang berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajaran. Dari segi siswa, jika belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindak mendidik atau kegiatan mengajar. Proses belajar siswa tersebut sebagai dampak pengajaran.

Skiner memandang perilaku belajar dari segi perilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal belajar dan kondisi eksternal belajar yang bersifat interaktif. Oleh karena itu, guru seharusnya mengatur acara pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase belajar dan hasil belajar yang dikehendaki. Piaget berpendapat bahwa belajar sebagai perilaku berinteraksi antara individu dengan lingkungan sehingga terjadi di antaranya adalah fase operasi formal, yang mana siswa telah dapat berpikir abstrak sebagai orang dewasa. Oleh karena itu ia menyarankan langkah-langkah acara pembelajaran, yang didalamnya terdapat kegiatan prediksi, eksperimen, dan eksplantasi.

Demikian pula Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dalam pembelajaran. Prinsip itu adalah bahwa pebelajar memiliki kekuatan menjadi manusia, belajar hal bermakna, menjadikan bagian yang bermakna bagi diri, bersikap terbuka, berpartisipasi secara bertanggung jawab, belajar mengalami secara berkesinambungan dan dengan penuh kesungguhan. Ia menyarankan agar dalam acara pembelajaran, siswa memperoleh kepercayaan diri untuk mengalami dan menemukan sesuatu hal secara bertanggung jawab. Hal itu terjadi bila guru bertindak sebagai fasilitator.

Bagi individu, belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku kompleks, tindak interaksi antara pebelajar dan pembelajar yang memiliki tujuan.
Oleh karena berupa akibat interaksi, maka belajar dapat didinamiskan. Pendinamisasian belajar terjadi oleh pelaku belajar lingkungan pebelajar. Dinamika pebelajar yang bersifat internal, terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang kesemuanya itu terkait dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan dinamisasi dari luar dapat berasal dari guru atau pembelajar di lingkungannya. Usaha guru mendinamisasikan belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa menghadapi bahan belajar, penciptaan suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan media sumber dan sumber belajar, serta memaksimalkan peran sebagai pembelajar, sehingga akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi.

Sumber :
1.       Sisdiknas ( 2003 ) Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR RI
2.       Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses . Jakarta : BSNP
3.       Udin S. Winataputra, dkk (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Universitas Terbuka

4.       Ida bagus Putrayasa (2012). Bahan Ajar Landasan Pembelajaran. Singaraja : Undiskha Press

1 komentar:

  1. Harrah's Cherokee Casino and Hotel - MapyRO
    Get 서귀포 출장마사지 directions, reviews and information for Harrah's Cherokee Casino and Hotel in 양주 출장안마 Cherokee, 충주 출장마사지 NC. Harrah's Cherokee Casino and Hotel 의정부 출장마사지 Map. 부천 출장샵 Map.

    BalasHapus